Selasa, 26 April 2011

mangrove


Mangrove
a.    Pengertian Zona Mangrove
Nama mangrove diberikan kepada jenis tumbuh-tumbuhan yang tumbuhan pantai dipantai / goba-goba yang menyesuaikan diri pada keadaan asin. Ekosistem mangrove didefinisikan sebagai mintakat pasut dan mintakat supra pasut dari pasir berlumpur dan teluk, goba dan estuari yang didominasi oleh halophyta, yakni tumbuh-tumbuhan yang di air asin ( Romimohtarto, 2001 ).
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat sepanjang pantai / muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung / pantai-pantai yang datar biasanya ditempat yang tidak ada mura sunaginya hutan mangrove terdapat asak tipis, namun pada tempat yang mempunyai muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur dan pasir, mangrove biasanya tumbuh meluas. Mangrove tidak tumbuh dipantai terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut yang kuat karena hal ini tidak memungkunkan terjadinya pengendapan lumpur ( Nontji, 1987).

b. Biota Pada Zona Mangrove
Menurut Mangrovecenter (2009) flora mangrove dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1.    Kelompok mayor
Komponennya adalah pemisah taksonominya dari hubungan daratan dan hanya terjadi di hutan mangrove serta membentuk tegakan murni tetapi tidak pernah murni, sampai kedalaman daratan contohnya adalah Avicennia, Bruguiera, Ceriops, kondelia, Sonneratia, lagun, Luluria dan Nypa.
2.    Kelompok Asosiasi Mangrove
Dalam komponen ini jarang bditemukan spesies yang tumbuh di dalam komunitas mangrove yang sebenarnya dan kebanyakan sering ditemukan di dalam tumbuh-tumbuhan darat.
Sejak daerah mangrove merupakan suatu lingkungan hidup yang bersifat darat (semi terrestrial)dan setengah laut (semi marine) meraka dapat dihuni oleh bermacam-macam fauna. Hewan-hewan darat termasuk serangga seperti fire flies (sejenis kumbang cahaya), kera pemakan daun-daunan yang suka hidup dinaungan pohon-pohin, udara dan golongan binatang melata lainnya (Hutabarat, 1985).

C. Susunan tanaman dan Perairan kedaratan di Mangrove
Komposisi flora yang terdapat pada ekosistem mangrove ditentukan oleh beberapa factor penting seperti kondisi jenis tanah dan genangan pasang surut. Di pantai terbuka pohon perintis (pionir). Umumnya adalah api-api (Avicennia) dan pedada (Sonneratia). Api-api cenderung hidup pada tanah yang berlumpur lembut. Pada tempat yang terlindung dari hempasan ombak komunitas mangrove terutama Biunnguli oleh bakau Rhizopora mucronata atau Rhizopora apiculata lebih kea rah daratan pada tanah lempung yang agak pejal dapat ditemukan komunitas (Bruguiera gymnorhiza). Sejenis paku laut (Acrostichium aureum) dari jeruju ( Acanthus ilucifolius) seringkali dapat ditemukan di daerah pinggiran pohon-pohon mangrove sebagai tumbuhan bawah. Nipa (Nypa  fruticans) merupakan jenis palma yang juga merupakan komponen mangrove yang acapkali ditemui di tepi sungai ke hulu (Nontji, 1987).
Daerah yang menghadap kearah laut dan pangkal Pasifik sebagian besar didominasi oleh satu atau lebih spesies Avicennia. Dibelakang pinggiran Avicennia terdapat zona Bruguiera, zona mangal alah berakhir yang kadang-kadang adanya adalah Cariops, satu asosiasi dari semak kecil (Nybakken, 1988).
Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari cirri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Zonasi hutan mangrove alah daerah yang paling dekat dengan laut sering ditumbuhi Avicennia dan Sonneratia. Sonneratia biasa tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organik, lebih kea rah darat, hutan mangrove umumnya di dominasi oleh Rhizophus spp. Di zona ini dijumpai Bruguiera dan Xylocarpus. Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp selanjutnya teerdapat zona transisi antara hutan mangrove dan hutan daratan rendah yang iasa ditumbuhi oleh nipah (Nypa fruticans) dan pandan (Pandanus spp) (Bakosurtanal, 2009).
a.    Manfaat Ekosistem Mangrove
Salah satu manfaat hutan mangrove adalah menyediakan sejumlah makanan dan unsure hara bagi spesies hewan laut termasuk yang memiliki arti ekosistem penting. Unsure organisme yang telah mati dan diuraikan oleh mikroorganisme. Peran dan manfaat hutan mangrove antara lain pelindung alami yang paling kuat dan praktis untuk menahan erosi pantai, menyediakan berbagai hasil kehutannan seperti kayu bakar, alcohol, gula, bahan penyamak kulit, bahan atap, bahan perahu dan lain-lain sebagai tempat hidup dan berkembang biak udang, burung, monyet, buaya dan satwa liar yang lainnya yang diantaranya endemic serta mempunyai potensi wisata. Fungsi biologi hutan mangrove sebagai habitat satwa liar, sebagai tempat berkembang biak (nursery ground) jenis-jenis udang, ikan, kepiting, fungsi social ekonomi hutan mangrove yaitu karena merupakan habitat iakn, udang, kepiting-kepiting serta ilai ekonomis. Maka masyarakat memanfaatkan sebagai tempat mencari nafkah dan memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya (Prajitno, 2009).
Fungsi ekologis hutan mangrove menurut (Bakosutarnal, 2009) yaitu:
·         Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung pantai dari abrasi, penahan lumpur dan perangkap sedimen yangdiangkut oleh aliran permukaan.
·         Hutan mangrove dimanfaatkan sebagai penghasil kayu.
·         Sebagai daerah asuhan, daerah pencarian makan (feeding ground) dan daerah pemijahan biota perairan (ikan, udang dan kerang).
·         Hutan mangrove sebagai habitat bagi berbagai satwa liar. Sumbangan terpenting hutan mangrove terhadap ekosisitem perairan pantai adalah daun yang gugur ke dalam air yang segera menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan air. Fungsi lain dari hutan mangrove ialah melindungi garis pantai dari erosi. Akar-akar yang kokoh dapat bmeradam pengaruh gelombang (Nontji, 1987).

b.    Kebijakan hutan Mangrove di Indonesia
Menurut BPHMI (2009) Balai pengelolaan hutan mangrove wilayah (BPHMW) institusi baru di dalam jajaran Direktoral Jenderal Rehabilitas Lahan dan Perhutanan Sosial Departement Kehutanan yaitu sejak diterbitkannya peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.04/Menhut II/2007 tanggal 6 Februari 2007. Keberadaan institusi BPHN, diharapkan dapat menjadi fasilisator dalam terwujudnya penyelenggaraan pengelolaan mangrove yang berorientasi pada aspek ekologis social dan pemenfaatan lestari hutan mangrove. Hal tersebut sangat bertautan erat dengan telah makin beratnya tingkat kerusakan hutan mangrove di Indonesia, khususnya wilayah kerja BPHMI.              
Dalam upaya pengelolaan hutan mangrove, Depertement Kehutanan telah, sedang dan akan melakukan kegiatan-kegiatan baik dalam kegiatan operasional teknis di lapangan maupun yang bersifat konseptual. Kegiatan-kegitan tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Operasioanl teknis
Sejak tahun Anggaran 1994/1995 sampai dengan tahun Dinas 2004 kegiatan operasional teknis yang dilaksanakan di lapangan oleh Balai/ Sub Balai RLKT sekarang yang bernama Balai pengelolaan DAS sebagai Unit Pelaksana Teknis Departemen kehutanan adalah rehabilitasi hutan mangrove diluar kawasan hutan dan di dalam kawasan hutan seluas 22 bagg Ha melalui bantuan bibit, pembuatan Unit percontohan empang parit dan penanaman / rehab bakau yang tersebar di 18 provinsi.
c.    Rantai Makanan di Mangrove
Di lingkungan perairan, keterlibatan mikroorganisme  dalam ekositem setempat jelas tidak dapat diabaikan. Aktivitas penguraian bahan organic dan anorganik yang sampai ke tempat ini, tidak akan pernah terjadi tanpa bantuan mikroba saprofit (pengurai, pemakan sampah). Bahan yang telah terurai ini selanjutnya akan diserap oleh makhluk autotrof sebagai produsen primer yang sevagaian besar si antaranya mikroba. Pada giliran berikutnya organisme autotrof akan dikonsumsi oleh hewan heterotrof seperti udang, ikan, molusca dan hewan airnya bakteri terdapat di seluruh ekosistem yang terdapat di Bumi dimana bertanggung jawab untuk mendegrasi dan mendaur ulang unsure-unsur atau elemen esensial seperti karbon, nitrogen dan fosfor (Prajitno, 2009).
Menurut Hernandhi hidayat (2010) mata rantai makanan yang terdapat pada ekosistem mangrove terdiri atas dua jenis yaitu rantai makanan secara langsung dan secra tidak langsung. Pada rntai makanan secara langsung yang bertindak sebagi produsen adalah tumbuhan mangrove. Tumbuhan  ini akan menghasilkan serash berbentuk daun, ranting dan bunga yang jatuh ke perairan. Selanjutnya sebagai konsumen tingkat 1 adalah ikan-ikan kecil dan udang yang langsung memakan serasah mangrove yang jatuh tersebut. Untuk konsumen tingkat 2 adalah organisme karnivora yang pemakan ikan-ikan kecil dan udang tersebut. Selanjutnya untuk konsumen tingkat 3 terdiri akan ikan besar maupun burung-burung pemakan ikan. Pada akhirnya konsumen tingkat 3 ini akan mati dan diuraikan oleh detritus sehingga akan menghasilkan senyawa organic yang bisa dimanfaatkan oleh tumbuhan mangrove tersebut.
Menurut Nontji (1987) luruhan daun mangrove ini merupakan sumber bahan organic yang paling dalam pakan. Daun yang gugur ke dalam air segera menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan air atau dihancurkan oleh kegiatan bakteri dan fungi (jamur). Hancuran bahan-bahan organic (detritus) kemudian menjadi bahan makanan penti g bagi cacing, Crustacea dan hewan-hewan lain. Pada tingkat berikutnya hewan-hewan ini pun menjadi makanan bagi hewan-hewan lainnya yang lebih besar dan seterusnya.